Pulau Obi
Sumber referensi dari artikel ini belum dipastikan dan mungkin isinya tidak benar. |
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Indonesia |
Koordinat | 1°30′S 127°45′E / 1.500°S 127.750°E |
Kepulauan | Kepulauan Maluku |
Luas | 3.048 km2 |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Maluku Utara |
Kabupaten | Halmahera Selatan |
Kota terbesar | Laiwui (8.563 jiwa) |
Kependudukan | |
Penduduk | 37.406 jiwa (31 Desember 2023[1]) |
Kepadatan | 12 jiwa/km2 |
Kelompok etnik | Tobelo, Galela, Buton |
Pulau Obi atau bisa disebut juga Pulau Obira, merupakan pulau terbesar yang terletak di gugusan Kepulauan Obi. Pulau Obi dikelilingi oleh banyak pulau-pulau kecil, di antaranya Pulau Obilatu, Pulau Bisa, Pulau Gata-gata, Pulau Latu, Pulau Woka, dan Pulau Tomini.
Pulau Obi dibatasi oleh Laut Maluku di sebelah barat, Laut Seram di sebelah selatan, dan Selat Obi di sebelah utara dan di sebelah Timur. Pulau-pulau besar yang terdekat dengan Pulau Obi adalah Pulau Bacan di sebelah utara dan Pulau Seram di sebelah selatan. Topografi Pulau Obi secara umum berupa perbukitan dengan pesisir pantai yang pendek. Kondisi permukaan yang berbukit-bukit tersebut membuat Pulau Obi memiliki banyak mata air dan sungai-sungai yang berhulu di perbukitan. Selain itu, di bagian barat Pulau Obi terdapat Danau Karo yang merupakan danau terbesar di Pulau Obi.
Pulau Obi merupakan bagian dari Kabupaten Halmahera Selatan. Secara administratif, Pulau Obi berbatasan langsung dengan Provinsi Maluku di sebelah selatan dan Provinsi Papua Barat di sebelah timur. Menurut data Halmahera Selatan Dalam Angka tahun 2010, luas wilayah pulau Obi mencapai 3048 km2, di mana Pulau Obi dan pulau-pulau kecil disekitarnya dibagi ke dalam beberapa kecamatan dan tiap-tiap kecamatan di bagi ke dalam beberapa desa yang dipimpin oleh kepala desa, dengan tingkat pemerintahan yang paling rendah merupakan dusun yang dikepalai oleh kepala dusun.
Administratif
[sunting | sunting sumber]Pulau Obi merupakan bagian dari kabupaten Halmahera Selatan. Secara administratif, Pulau Obi berbatasan langsung dengan Provinsi Maluku di sebelah selatan dan Provinsi Papua Barat di sebelah timur. Menurut data Halmahera Selatan Dalam Angka 2010, luas wilayah pulau Obi mencapai 3.048 km2, di mana Pulau Obi dan pulau-pulau kecil di sekitarnya dibagi ke dalam beberapa kecamatan dan tiap-tiap kecamatan dibagi ke dalam beberapa desa yang dipimpin oleh kepala desa, dengan tingkat pemerintahan yang paling rendah merupakan dusun yang dikepalai oleh kepala dusun.
Demografi
[sunting | sunting sumber]Jumlah penduduk di Pulau Obi sebanyak 42.774 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 15 jiwa/km2 (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Halmahera Selatan, 2010). Seluruh penduduk di Pulau Obi adalah pendatang, karena tidak memiliki penduduk asli. Suku pertama yang menempati Pulau Obi adalah Suku Tobelo-Galela. Kemudian suku lain yang menetap di Pulau Obi adalah suku Ternate, Tidore, Makian-Kayoa, suku Buton, suku Bugis, suku Makassar, dan suku Jawa.
Penduduk Pulau Obi tersebar di pesisir pantai tanpa adanya penduduk yang menetap di dataran tinggi. Pola persebaran penduduk tersebut disebabkan oleh suku-suku awal yang menetap di Pulau Obi bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Akan tetapi terdapat beberapa pemukiman di daerah perbukitan yang merupakan pemukiman pekerja tambang dan pemukiman temporer bagi petani cengkih yang digunakan saat panen cengkih.
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Menurut data dari Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan pada tahun 2011, rasio jumlah sekolah dasar di Pulau Obi sebesar 35%, rasio sekolah menengah pertama sebesar 36%, dan rasio jumlah sekolah menengah atas sebesar 21%. Sumber daya manusia masyarakat Obi memiliki jumlah sarjana yang cukup tersebar di berbagai wilayah Maluku Utara. Mayoritas penduduk menempuh pendidikan strata 1 di Ternate, Manado, Makassar dan Yogyakarta. Secara keseluruhan terdapat sekitar 1500 mahasiswa yang berasal dari Pulau Obi. Penduduk yang menempuh pendidikan pascasarjana sekitar 59 mahasiswa lulus pada akhir 2011. Mahasiswa yang diwisuda dari berbagai macam jurusan yaitu sektor akademik, pertambangan dan pemerintahan.
Kesehatan
[sunting | sunting sumber]Kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga medis di Pulau Obi ini masih sangat minim. Terdapat sebuah pusat kesehatan masyarakat dengan fasilitas rawat inap. Namun dari aspek infrastuktur belum memenuhi kebutuhan untuk pengobatan penyakit-penyakit tertentu. Hanya terdapat dua orang dokter yang bersifat paruh waktu dan enam orang paramedis yang terdiri dari mantri, bidan dan perawat. Kurangnya fasilitas dan tenaga medis berakibat pada tidak tertanganinya berbagai penyakit yang menyerang masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan dapat digunakan setelah melalui urusan administratif yang rumit. Karena tiap pasien yang sakit harus dirujuk ke Pulau Bacan dengan melalui jalur laut.
Pertanian
[sunting | sunting sumber]Pulau Obi memiliki potensi sumber daya alam dalam sektor pertanian yang cukup melimpah. Hasil perkebunan yang dominan adalah cengkih, pala, kelapa dan lada. Untuk satu ton cengkih bisa menghasilkan uang sebesar 70 juta rupiah yang sudah dipotong biaya panen bagi petani cengkih di Pulau Obi.
Pertambangan
[sunting | sunting sumber]Pulau Obi selain memiliki potensi sumber daya alam dalam sektor pertanian, juga terdapat sektor pertambangan yang cukup baik. Potensi yang ada adalah tambang emas, batubara, nikel, semen, minyak bumi dll. Besarnya potensi ini berkorelasi terhadap besarnya kontribusi daerah Obi terhadap penerimaan Halmahera Selatan.
Pariwisata
[sunting | sunting sumber]Pulau Obi memiliki beberapa objek wisata alam yang sangat potensial untuk di kembangkan. Namun akibat ketidakmerataan pembangunan pariwisata di Obi tak terpublikasi atau terkelola dengan baik. Bentuk-bentuk tempat wisata di Pulau Obi cukup bervariasi seperti untuk memancing, snorkeling, diving dan kegiatan di air lainnya. Hal ini dikarenakan kekayaan laut Obi yang sangat kaya dan masih cukup terjaga. Beberapa tempat wisata yang dapat ditemui di Obi ialah pantai merah putih, Pulau sambiki, Pulau dua, Pulau santari, Pulau kadera, batu mogimpi dll.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 1 Juni 2024.